Sabtu, 03 Juni 2017

PTK SD Kelas 2

PTK SD Kelas 2

Cuma 350ribu sampai-500ribu. 


Hubungi Kami di 081222940294 (SMS/WA)

 

BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang 
Hasil pendidikan yang bermutu adalah siswa yang sehat, mandiri, berbudaya, berakhlak mulia, beretos kerja, berpengetahuan dan menguasai teknologi, serta cinta tanah air. Hakekat belajar adalah aktivitas perubahan tingkah laku pembelajar (bahaviouralchange). Perubahan tingkah laku akan tercapai melalui kerja keras dan usaha cerdas dari siapapun mereka yang terlibat dalam proses belajar itu sendiri.
Jadi pendidikan merupakan suatu rangkaian peristiwa yang komplek yang mana manusia tumbuh melalui belajar. Mengajar dan belajar merupakan proses kegiatan yang tidak dapat dipisahkan. Dalam belajar ilmu pengetahuan dan teknologi besar sekali perannya untuk memajukan suatu negara.
Untuk menjadi suatu negara yang maju maka bangsa itu harus cerdas dan banyak pengetahuannya, baik ilmu pengetahuan sosial, ilmu pengetahuan alam, matematika dan ilmu pengetahuan lain yang bersifat ketrampilan.
Pentingnya belajar matematika tidak lepas dari perannya dalam segala jenis dimensi kehidupan. Banyak persoalan kehidupan yang memerlukan kemampuan menghitung dan mengukur. Menghitung mengarah pada aritmatika (studi tentang bilangan) dan mengukur mengarah pada geometri (studi tentang bangun) ukuran dan posisi benda.
Aritmatika dan geometri merupakan pondasi atau dasar dari matematika. Oleh karena itu kegiatan belajar dan mengajar matematika diperlukan suatu metode atau model pembelajaran, mengingat siswa yang berbeda-beda tingkat kemampuannya. Keberhasilan proses belajar mengajar matematika di kelas dapat di lihat dari hasil Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sekolah. Apabila nilai yang di peroleh siswa sesuai atau lebih dari KKM maka dikatakan proses belajar mengajar berhasil.
Sd negeri 13 Baturetno Sragenadalah salah satu SD yang berada di Unit Pelaksana Teknis Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kecamatan Jepara yang berlokasi di tengah kota Jepara. Sekolah Dasar itu menjadi salah satu sekolah favorit di Kabupaten Jepara. Animo masyarakat untuk menyekolahkan anaknya ke Sd negeri 13 Baturetno Sragensangat besar sekali. Untuk tahun pelajaran 2009/2010 memiliki jumlah murid sebanyak 645 siswa. Dengan fasilitas sekolah yang memadai juga adanya partisipasi dari Stake holder sekolah yang bagus, akhirnya dapat mendukung prestasi siswa untuk belajar secara maksimal.
Tetapi kenyataannya dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran masih banyak dijumpai siswa kelas II yang belum menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru khususnya mata pelajaran matematika pada kompetensi perkalian. Karena siswa belum menguasai materi yang ada maka hasil kegiatan pembelajaran tersebut belum memuaskan. Sebagai bukti rendahnya hasil belajar siswa kelas II Sd negeri 13 Baturetno Sragenpada tahap awal ketika diberikan evaluasi dari 49 siswa tingkat ketuntasannya baru mencapai 35 %. Siswa yang tuntas 19 orang yang belum 39 orang. Dengan demikian siswa belum mampu menyelesaikan soal pada konsep perkalian. Faktor penyebabnya antara lain : tingkat pemahaman siswa terhadap materi rendah, siswa kurang konsentrasi belajar dalam kelas. Semangat belajar siswa kurang, siswa kurang berminat pada pelajaran matematika, materi yang disampaikan guru kurang jelas.
Beberapa faktor penyebab rendahnya nilai matematika pada konsep perkalian dikarenakan pembelajaran yang disampaikan oleh guru selama ini hanya berpedoman pada buku paket dan cara penyajian guru dalam kelas hanya menggunakan metode ceramah dan suasana kelas kurang begitu menyenangkan bahkan menjenuhkan. Untuk itu dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat akan lebih mudah untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam hal ini penulis ingin meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Jartik/Jarimatika. Model pembelajaran Jartik cukup fleksibel dan mudah dipahami oleh siswa. Jadi diharapkan siswa dapat menjawab soal tanpa harus menghafal perkalian, cukup dengan menggunakan jari-jari tangannya, yang mana konsep perkalian ini dipakai mulai dari perkalian bilangan 6 hingga ke bilangan 10 bagi anak-anak kelas II Sekolah Dasar.   
Mengapa penulis menggunakan metode pembelajaran Jartik pada konsep perkalian ?
Karena ingin sekali meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan hitung perkalian pada siswa kelas II semester II Sd negeri 13 Baturetno Sragentahun ajaran 2009/2010 agar kelak dikelas lebih atasnya materi perkalian ini dapat lebih dikuasai, lebih-lebih dapat bermanfaat bagi siswa itu sendiri.
B.   Perumusan Masalah
Apakah penerapan model pembelajaran Jartik dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada konsep perkalian siswa kelas II semester II SD Negeri Panggang I Jepara tahun pelajaran 2009/2010 ?
C.   Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah di atas, maka tujuan pembelajaran tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :
1.    Tujuan umum
Agar siswa dapat berpikir kritis, kreatif, cermat, inovatif dan percaya diri dan dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
2.    Tujuan khusus
a.    Meningkatkan kemampuan berhitung pada konsep perkalian siswa kelas II semester II Sd negeri 13 Baturetno Sragentahun pelajaran 2009/2010.
b.    Untuk mengetahui bagaimana aktivitas siswa dan kegiatan belajar mengajar guru dalam usaha meningkatkan kemampuan berhitung pada konsep perkalian dengan metode jarimatika.
D.   Manfaat Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas ini secara praktis diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1.    Manfaat Teoritis
Secara teoritis diharapkan hasil penelitian tindakan kelas ini dapat memberikan informasi sekaligus sebagai pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam mata pelajaran matematika kelas II dalam berhitung pada konsep perkalian.
2.    Manfaat Praktis
a.    Bagi siswa
1.    Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan didalam kehidupan di dunia yang selalu berkembang melalui latihan bertindak atas dasar penelitian yang logis, rasional, kritis, jujur, cermat dan efektif.
2.    Meningkatkan siswa semakin mampu berfikir dalam menyelesaikan masalah serta mempunyai keberanian dalam mengemukakan pendapat di dalam kelas.
3.    Mempersiapkan siswa agar berani bertanggung jawab baik terhadap diri sendiri maupun orang lain serta mampu menggunakan kemampuannya untuk berpikir logis.
b.    Bagi guru
1.    Dapat lebih mengetahui potensi yang dimiliki oleh siswanya sehingga dapat mengoptimalkan proses belajar mengajar.
2.    Memberikan semangat dalam mengajar agar proses pembelajaran yang aktif atau hidup antara siswa dengan siswa, siswa dan guru terjalin interaksi yang menyenangkan.
3.    Guru dapat mengetahui sejauhmana kemampuan kesulitan siswa.
c.    Bagi sekolah
1.    Memberikan sumbangan pemikiran sebagai alternatif meningkatkan kualitas pengajaran sekolah.
2.    Sekolah memiliki bermacam-macam variasi model pembelajaran.
E.   Definisi Operasional
Dalam batasan masalah ini bersifat penyederhanaan dan penyempitan ruang lingkup permasalahan.
Semua faktor tersebut pada dasarnya saling mendukung dan mempengaruhinya serta menentukan dalam meningkatkan kemampuan belajar matematika, sehingga untuk menyamakan pandangan mengenai pengertian judul, perlu dijelaskan beberapa istilah sebagai berikut :
1.    Belajar
Belajar adalah cara informasi masuk ke dalam otak melalui indra yang kita miliki. Pada saat informasi tersebut akan ditangkap oleh indra, maka bagaimana informasi tersebut disampaikan (modalitas) berpengaruh pada kecepatan otak menangkap informasi dan kekuatan otak menyimpan informasi tersebut dalam ingatan atau memori. (Munif Chatib, 2009).
2.    Matematika  
Manusia telah menggunakan matematika sejak adanya catatan tertulis. Matematika berkaitan dengan pencarian jumlah dan bentuk serta pembahasannya. Cabang matematika murni adalah ilmu berhitung (aritmatika, geometri dan aljabar).
Matematika berasal dari bahasa latin Manthanein atau Mathema yang berarti belajar atau yang dipelajari, sedangkan dalam Bahasa Belanda disebut Wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Matematika memiliki bahasa dan aturan yang terdefinisi dengan baik, penalaran yang jelas, sistematis, dan berkaitan antar konsep yang kuat. Unsur utama pekerjaan matematika adalah penalaran deduktif yang bekerja atas dasar asumsi (kebenaran konsistensi). Selain itu matematika juga bekerja melalui penalaran tertentu.
3.    Operasi perkalian
Dalam kehidupan sehari hari kita sering menjumlahkan bilangan yang sama berulang kali.
Penjumlahan yang berulang itu disebut perkalian. Dengan menggunakan perkalian maka perhitungan dapat lebih cepat diselesaikan, maka untuk mengenalkan konsep operasi hitung perkalian dan pembagian pada sistem bilangan bulat juga dilakukan melalui 3 tahap yaitu tahap pengenalan konsep secara konkret, tahap pengenalan konsep secara semi konkret dan semi abstrak, dan tahap pengenalan konsep secara abstrak.
4.    Jarimatika
Banyak metode yang sampai saat ini dipelajari oleh para guru, tetapi semuanya memakai alat bantu dan kadang membebani memori otak anak. Berawal dari pengalaman seorang ibu yang tertarik dengan jari sebagai alat bantu yang tidak perlu dibeli, dibawa kemana-mana dan ternyata juga mudah dan menyenangkan, mereka mempelajarinya dengan anak-anaknya sehingga metode ini sangat menyenangkan dan menguasai keterampilan berhitung.
Akhirnya penelitian dari hari ke hari untuk mengotak-atik jari hingga ke perkalian dan pembagian, serta mencari uniknya berhitung dengan keajaiban jari maka dinamakannya “Jarimatika”.
5.    Siswa kelas II semester II
Adalah murid atau peserta didik Sekolah Dasar yang duduk di kelas II semester II (dua) dengan jumlah siswa 49.
6.    Sd negeri 13 Baturetno Sragentahun pelajaran 2009/2010 adalah Sekolah Dasar atau salah satu lembaga pendidikan dasar yang beralamat di jalan Mangunsarkoro Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara pada masa tahun ajaran 2009/2010.
Berdasarkan penegasan istilah-istilah tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa maksud dan judul ini adalah suatu penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana aktivitas siswa dan kegiatan belajar mengajar guru dalam usaha untuk meningkatkan kemampuan belajar matematika pada konsep perkalian dengan metode pembelajaran Jarimatika siswa kelas II semester II Sd negeri 13 Baturetno SragenKecamatan Jepara Kabupaten Jepara Tahun Ajaran 2009/2010.
     


BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.   Tinjauan tentang Pembelajaran Matematika
l.     Pengertian Pembelajaran Matematika
Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta siswa dengan siswa (Amin Suyitno 2004 : 1). Matematika memiliki nilai-nilai yang sangat penting dalam pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas. Matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga keterkaitan antar antar konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas. Dalam pembelajaran matematika agar mudah di mengerti oleh siswa, proses penalaran deduktif untuk menguatkan pemahaman yang sudah dimiliki oleh siswa. Matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, dan eksperimen sebagai alat pemecahan masalah melalui pola pikir dan model matematika, serta sebagai alat komunikasi melalui simbol, tabel, grafik, diagram dalam menjelaskan gagasan. Tujuan pembelajaran adalah melatih dan menumbuhkan cara berpikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif dan konsisten. Serta mengembangkan sikap gigih dan percaya diri sesuai dalam menyelesaikan masalah. Nilai-nilai yang diperlukan dalam pengajaran matematika bertujuan untuk dapat menumbuhkembangkan dan membentuk pribadi siswa, sehingga sesuai dengan perkembangan ilmu dan pengetahuan. Pola tingkah manusia yang tersusun menjadi suatu modal sebagai prinsip-prinsip belajar diaplikasikan ke dalam matematika. Matematika yang berkenaan dengan ide-ide abstrak yang diberi simbol-simbol itu tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif, jelas, belajar matematika itu merupakan kegiatan mental yang tinggi. Karena matematika merupakan ide-ide abstrak yang diberi simbol-simbol, maka konsep matematika harus dipahami lebih dahulu sebelum memanipulasi simbol itu.
Seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari kepada apa yang telah diketahui orang itu. Karena itu, untuk mempelajari suatu materi matematika yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari seseorang itu akan mempengaruhi terjadinya proses belajar materi matematika tersebut.
Karena kehirarkisan matematika itu, maka pemahaman matematika yang terputus-putus akan mengganggu terjadinya proses belajar. Ini berarti proses belajar matematika akan terjadi dengan lancar bila belajar itu sendiri dilakukan secara kontinyu. Di dalam proses belajar matematika terjadi juga proses berpikir, sebab seseorang dikatakan berpikir bila orang itu melakukan kegiatan mental dan orang yang belajar matematika mesti melakukan kegiatan mental. Dalam berpikir itu, orang-orang menyusun hubungan-hubungan antara bagian bagian informasi yang telah direkam di dalam pikiran orang itu sebagai pengertian-pengertian. Dari pengertian itu terbentuklah pendapat yang pada akhirnya ditarik kesimpulan. Tentunya kemampuan berpikir seseorang itu dipengaruhi oleh intelegensinya. Dengan demikian terlihat adanya kaitan antara intelegensi dengan proses belajar matematika.
2.    Tujuan Pengajaran Matematika di Sekolah
Dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP), tujuan umum diberikannya matematika di jenjang pendidikan dasar dan pendidikan umum adalah :
a.    Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien.
b.    Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.
Sedangkan tujuan khusus pengajaran matematika di sekolah dasar adalah :
a.    Menumbuhkan dan mengembangkan ketrampilan (menggunakan bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari.
b.    Menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialihgunakan, melalui kegiatan matematika.
c.    Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut di Sekolah Menengah Pertama (SMP).
d.    Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin.
Pengajaran matematika di sekolah dibedakan dengan pengajaran di perguruan tinggi. Pengajaran matematika di sekolah mempelajari matematika yang sifatnya elementer tetapi merupakan konsep esensial sebagai dasar untuk prasyarat konsep yang lebih tinggi dan banyak aplikasinya dalam kehidupan sosial di masyarakat. Pada umumnya mempelajari konsep-konsep dengan cara pendekatan induktif hal ini karena disesuaikan dengan kognitif siswa yang dicapainya.
3.    Metode Jarimatika
Berawal dari kepedulian seorang ibu terhadap materi pendidikan anak-anaknya. Setelah anak saya yang pertama menguasai kemampuan baca di usia 2,5 tahun, tibalah saatnya untuk memasuki gerbang pengenalan berhitung. Banyak metode saya pelajari, tetapi semuanya memakai alat bantu dan kadang membebani memori otaknya. Setelah itu saya mulai tertarik dengan jari sebagai alat bantu yang tidak perlu dibeli, dibawa kemana-mana dan ternyata juga mudah dan menyenangkan. Anak-anak saya menguasai metode ini dengan menyenangkan dan menguasai keterampilan berhitung. Akhirnya penelitian dari hari ke hari untuk mengotak-atik jari hingga ke perkalian dan pembagian, serta mencari uniknya berhitung dengan keajaiban jari dan kami menamakannya “Jarimatika”.
Penerapan pada anak
Dimulai pada usia 3 tahun untuk pengenalan konsep sampai usia 12 tahun Jarimatika ini ada 4 level, masing-masing ditempuh 3 bulan. Setelah selesai lulusan Jarimatika akan masuk ke “Fun Mathematic Club” yang akan mengupas matematika secara mudah dan menyenangkan, sesuai materi di sekolahnya bahkan direncanakan sampai materi SMA.
Penggunaan
Dibandingkan dengan metode lain, metode “Jarimatika” lebih menekankan pada penguasaan konsep terlebih dahulu baru ke cara cepatnya, sehingga anak-anak menguasai ilmu secara matang. Selain itu metode ini disampaikan secara fun, sehingga anak-anak akan merasa senang dan gampang bagaikan “tamasya belajar”.
Keistimewaan
      Memberikan visualisasi proses berhitung
      Menggembirakan anak saat digunakan
      Tidak memberatkan memori otak
      Alatnya gratis, selalu terbawa dan tidak dapat disita
      Pengaruh daya pikir dan psikologis
      Karena diberikan secara menyenangkan maka sistem limbik di otak anak akan senantiasa terbuka sehingga memudahkan anak dalam menerima materi baru.
      Membiasakan anak mengembangkan otak kanan dan kirinya, baik secara motorik maupun secara fungsional, sehingga otak bekerja lebih optimal.
      Tidak memberatkan memori otak, sehingga anak menganggap mudah, dan ini merupakan step awal membangun rasa percaya dirinya untuk lebih jauh menguasai ilmu matematika secara luas.
Pengaruh daya pikir dan psikologis
      Karena diberikan secara menyenangkan maka sistem limbik di otak anak akan senantiasa terbuka sehingga memudahkan anak dalam menerima materi baru.
      Membiasakan anak mengembangkan otak kanan dan kirinya, baik secara motorik maupun secara fungsional, sehingga otak bekerja lebih optimal.
      Tidak memberatkan memori otak, sehingga anak menganggap mudah, dan ini merupakan step awal membangun rasa percaya dirinya untuk lebih jauh menguasai ilmu matematika secara luas.
Kerangka Berfikir
Untuk meningkatkan kemampuan anak dalam belajar matematika pada konsep perkalian melalui model pembelajaran Jarimatika siswa difokuskan untuk belajar secara mandiri dan dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi sehari-hari, dengan harapan siswa semakin trampil dan cerdas dalam mengerjakan soal perkalian. Soal perkalian merupakan salah satu kunci utama dalam pengerjaan hitung. Melalui penghafalan perkalian dapat melatih siswa dalam mengembangkan kreativitas siswa dan dapat menumbuhkembangkan kecerdasan otak siswa. Belajar dengan Jarimatika dapat menambah kreativitas siswa dan mendorong terciptanya suatu kemungkinan yang lebih besar untuk berlatih sehingga diperkirakan siswa yang belajar tersebut secara mental emosional cenderung untuk menjadi pusat proses belajar mengajar.
Hipotesa Tindakan
Berdasarkan kerangka berfikir di atas dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut : melalui model pembelajaran jarimatika, hasil belajar matematika pada konsep perkalian siswa kelas II semester II Sd negeri 13 Baturetno Sragen tahun ajaran 2009/2010 dapat ditingkatkan.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar