PTK SD Kelas 2
Cuma 350ribu sampai-500ribu.
Hubungi Kami di 081222940294 (SMS/WA)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hasil pendidikan yang bermutu adalah
siswa yang sehat, mandiri, berbudaya, berakhlak mulia, beretos kerja,
berpengetahuan dan menguasai teknologi, serta cinta tanah air. Hakekat belajar
adalah aktivitas perubahan tingkah laku pembelajar (bahaviouralchange). Perubahan tingkah laku akan tercapai melalui
kerja keras dan usaha cerdas dari siapapun mereka yang terlibat dalam proses
belajar itu sendiri.
Jadi pendidikan merupakan suatu rangkaian peristiwa yang
komplek yang mana manusia tumbuh melalui belajar. Mengajar dan belajar
merupakan proses kegiatan yang tidak dapat dipisahkan. Dalam belajar ilmu
pengetahuan dan teknologi besar sekali perannya untuk memajukan suatu negara.
Untuk menjadi suatu negara yang maju maka bangsa itu
harus cerdas dan banyak pengetahuannya, baik ilmu pengetahuan sosial, ilmu
pengetahuan alam, matematika dan ilmu pengetahuan lain yang bersifat
ketrampilan.
Pentingnya belajar matematika tidak lepas dari perannya
dalam segala jenis dimensi kehidupan. Banyak persoalan kehidupan yang
memerlukan kemampuan menghitung dan mengukur. Menghitung mengarah pada aritmatika
(studi tentang bilangan) dan mengukur mengarah pada geometri (studi tentang
bangun) ukuran dan posisi benda.
Aritmatika dan geometri merupakan pondasi atau dasar
dari matematika. Oleh karena itu kegiatan belajar dan mengajar matematika
diperlukan suatu metode atau model pembelajaran, mengingat siswa yang
berbeda-beda tingkat kemampuannya. Keberhasilan proses belajar mengajar
matematika di kelas dapat di lihat dari hasil Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
sekolah. Apabila nilai yang di peroleh siswa sesuai atau lebih dari KKM maka
dikatakan proses belajar mengajar berhasil.
Sd negeri 13 Baturetno Sragenadalah salah satu SD yang
berada di Unit Pelaksana Teknis Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kecamatan
Jepara yang berlokasi di tengah kota
Jepara. Sekolah Dasar itu menjadi salah satu sekolah favorit di Kabupaten
Jepara. Animo masyarakat untuk menyekolahkan anaknya ke Sd negeri 13 Baturetno
Sragensangat besar sekali. Untuk tahun pelajaran 2009/2010 memiliki jumlah
murid sebanyak 645 siswa. Dengan fasilitas sekolah yang memadai juga adanya
partisipasi dari Stake holder sekolah yang bagus, akhirnya dapat mendukung
prestasi siswa untuk belajar secara maksimal.
Tetapi kenyataannya dalam pelaksanaan kegiatan
pembelajaran masih banyak dijumpai siswa kelas II yang belum menguasai materi
pelajaran yang disampaikan guru khususnya mata pelajaran matematika pada
kompetensi perkalian. Karena siswa belum menguasai materi yang ada maka hasil
kegiatan pembelajaran tersebut belum memuaskan. Sebagai bukti rendahnya hasil belajar
siswa kelas II Sd negeri 13 Baturetno Sragenpada tahap awal ketika diberikan
evaluasi dari 49 siswa tingkat ketuntasannya baru mencapai 35 %. Siswa yang
tuntas 19 orang yang belum 39 orang. Dengan demikian siswa belum mampu
menyelesaikan soal pada konsep perkalian. Faktor penyebabnya antara lain :
tingkat pemahaman siswa terhadap materi rendah, siswa kurang konsentrasi
belajar dalam kelas. Semangat belajar siswa kurang, siswa kurang berminat pada
pelajaran matematika, materi yang disampaikan guru kurang jelas.
Beberapa faktor penyebab rendahnya nilai matematika
pada konsep perkalian dikarenakan pembelajaran yang disampaikan oleh guru
selama ini hanya berpedoman pada buku paket dan cara penyajian guru dalam kelas
hanya menggunakan metode ceramah dan suasana kelas kurang begitu menyenangkan bahkan
menjenuhkan. Untuk itu dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat akan
lebih mudah untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam hal ini penulis ingin
meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dengan menggunakan model pembelajaran
Jartik/Jarimatika. Model pembelajaran Jartik cukup fleksibel dan mudah dipahami
oleh siswa. Jadi diharapkan siswa dapat menjawab soal tanpa harus menghafal
perkalian, cukup dengan menggunakan jari-jari tangannya, yang mana konsep perkalian
ini dipakai mulai dari perkalian bilangan 6 hingga ke bilangan 10 bagi
anak-anak kelas II Sekolah Dasar.
Mengapa penulis menggunakan metode pembelajaran Jartik pada konsep
perkalian ?
Karena ingin sekali meningkatkan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan hitung perkalian pada siswa kelas II semester II Sd negeri 13
Baturetno Sragentahun ajaran 2009/2010 agar kelak dikelas lebih atasnya materi
perkalian ini dapat lebih dikuasai, lebih-lebih dapat bermanfaat bagi siswa itu
sendiri.
B. Perumusan Masalah
Apakah penerapan model pembelajaran Jartik dapat
meningkatkan hasil belajar matematika pada konsep perkalian siswa kelas II
semester II SD Negeri Panggang I Jepara tahun pelajaran 2009/2010 ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah di atas, maka tujuan pembelajaran
tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan
umum
Agar siswa dapat berpikir kritis, kreatif, cermat, inovatif dan percaya
diri dan dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
2. Tujuan
khusus
a. Meningkatkan
kemampuan berhitung pada konsep perkalian siswa kelas II semester II Sd negeri
13 Baturetno Sragentahun pelajaran 2009/2010.
b. Untuk
mengetahui bagaimana aktivitas siswa dan kegiatan belajar mengajar guru dalam
usaha meningkatkan kemampuan berhitung pada konsep perkalian dengan metode
jarimatika.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas ini secara praktis diharapkan
dapat bermanfaat bagi :
1. Manfaat
Teoritis
Secara teoritis diharapkan hasil penelitian tindakan
kelas ini dapat memberikan informasi sekaligus sebagai pengembangan ilmu
pengetahuan, khususnya dalam mata pelajaran matematika kelas II dalam berhitung
pada konsep perkalian.
2. Manfaat
Praktis
a. Bagi
siswa
1. Mempersiapkan
siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan didalam kehidupan di dunia yang
selalu berkembang melalui latihan bertindak atas dasar penelitian yang logis,
rasional, kritis, jujur, cermat dan efektif.
2. Meningkatkan
siswa semakin mampu berfikir dalam menyelesaikan masalah serta mempunyai
keberanian dalam mengemukakan pendapat di dalam kelas.
3. Mempersiapkan
siswa agar berani bertanggung jawab baik terhadap diri sendiri maupun orang
lain serta mampu menggunakan kemampuannya untuk berpikir logis.
b. Bagi
guru
1. Dapat
lebih mengetahui potensi yang dimiliki oleh siswanya sehingga dapat
mengoptimalkan proses belajar mengajar.
2. Memberikan
semangat dalam mengajar agar proses pembelajaran yang aktif atau hidup antara
siswa dengan siswa, siswa dan guru terjalin interaksi yang menyenangkan.
3. Guru
dapat mengetahui sejauhmana kemampuan kesulitan siswa.
c. Bagi
sekolah
1. Memberikan
sumbangan pemikiran sebagai alternatif meningkatkan kualitas pengajaran
sekolah.
2. Sekolah
memiliki bermacam-macam variasi model pembelajaran.
E. Definisi Operasional
Dalam batasan masalah ini bersifat penyederhanaan
dan penyempitan ruang lingkup permasalahan.
Semua faktor tersebut pada dasarnya
saling mendukung dan mempengaruhinya serta menentukan dalam meningkatkan
kemampuan belajar matematika, sehingga untuk menyamakan pandangan mengenai
pengertian judul, perlu dijelaskan beberapa istilah sebagai berikut :
1. Belajar
Belajar adalah cara informasi masuk ke dalam otak
melalui indra yang kita miliki. Pada saat informasi tersebut akan ditangkap
oleh indra, maka bagaimana informasi tersebut disampaikan (modalitas)
berpengaruh pada kecepatan otak menangkap informasi dan kekuatan otak menyimpan
informasi tersebut dalam ingatan atau memori. (Munif Chatib, 2009).
2. Matematika
Manusia telah menggunakan matematika sejak adanya
catatan tertulis. Matematika berkaitan dengan pencarian jumlah dan bentuk serta
pembahasannya. Cabang matematika murni adalah ilmu berhitung (aritmatika,
geometri dan aljabar).
Matematika berasal dari bahasa latin Manthanein atau
Mathema yang berarti belajar atau yang dipelajari, sedangkan dalam Bahasa
Belanda disebut Wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan
penalaran. Matematika memiliki bahasa dan aturan yang terdefinisi dengan baik,
penalaran yang jelas, sistematis, dan berkaitan antar konsep yang kuat. Unsur
utama pekerjaan matematika adalah penalaran deduktif yang bekerja atas dasar
asumsi (kebenaran konsistensi). Selain itu matematika juga bekerja melalui
penalaran tertentu.
3. Operasi
perkalian
Dalam kehidupan sehari hari kita sering menjumlahkan bilangan
yang sama berulang kali.
Penjumlahan yang berulang itu disebut perkalian. Dengan
menggunakan perkalian maka perhitungan dapat lebih cepat diselesaikan, maka
untuk mengenalkan konsep operasi hitung perkalian dan pembagian pada sistem
bilangan bulat juga dilakukan melalui 3 tahap yaitu tahap pengenalan konsep
secara konkret, tahap pengenalan konsep secara semi konkret dan semi abstrak,
dan tahap pengenalan konsep secara abstrak.
4. Jarimatika
Banyak metode yang sampai saat ini dipelajari oleh para
guru, tetapi semuanya memakai alat bantu dan kadang membebani memori otak anak.
Berawal dari pengalaman seorang ibu yang tertarik dengan jari sebagai alat
bantu yang tidak perlu dibeli, dibawa kemana-mana dan ternyata juga mudah dan
menyenangkan, mereka mempelajarinya dengan anak-anaknya sehingga metode ini
sangat menyenangkan dan menguasai keterampilan berhitung.
Akhirnya penelitian dari hari ke hari untuk
mengotak-atik jari hingga ke perkalian dan pembagian, serta mencari uniknya
berhitung dengan keajaiban jari maka dinamakannya “Jarimatika”.
5. Siswa
kelas II semester II
Adalah murid atau peserta didik Sekolah Dasar yang duduk
di kelas II semester II (dua) dengan jumlah siswa 49.
6. Sd
negeri 13 Baturetno Sragentahun pelajaran 2009/2010 adalah Sekolah Dasar atau
salah satu lembaga pendidikan dasar yang beralamat di jalan Mangunsarkoro Kecamatan
Jepara Kabupaten Jepara pada masa tahun ajaran 2009/2010.
Berdasarkan penegasan istilah-istilah tersebut di atas,
dapat disimpulkan bahwa maksud dan judul ini adalah suatu penelitian tindakan kelas
yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana aktivitas siswa dan kegiatan belajar
mengajar guru dalam usaha untuk meningkatkan kemampuan belajar matematika pada
konsep perkalian dengan metode pembelajaran Jarimatika siswa kelas II semester
II Sd negeri 13 Baturetno SragenKecamatan Jepara Kabupaten Jepara Tahun Ajaran
2009/2010.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Tinjauan tentang Pembelajaran Matematika
l. Pengertian Pembelajaran Matematika
Pembelajaran adalah upaya
menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan
peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan
siswa serta siswa dengan siswa (Amin Suyitno 2004 : 1). Matematika memiliki
nilai-nilai yang sangat penting dalam pembentukan sumber daya manusia yang
berkualitas. Matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek
abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu
konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga keterkaitan
antar antar konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas. Dalam
pembelajaran matematika agar mudah di mengerti oleh siswa, proses penalaran
deduktif untuk menguatkan pemahaman yang sudah dimiliki oleh siswa. Matematika
berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar melalui kegiatan penyelidikan,
eksplorasi, dan eksperimen sebagai alat pemecahan masalah melalui pola pikir
dan model matematika, serta sebagai alat komunikasi melalui simbol, tabel,
grafik, diagram dalam menjelaskan gagasan. Tujuan pembelajaran adalah melatih
dan menumbuhkan cara berpikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif dan
konsisten. Serta mengembangkan sikap gigih dan percaya diri sesuai dalam
menyelesaikan masalah. Nilai-nilai yang diperlukan dalam pengajaran matematika
bertujuan untuk dapat menumbuhkembangkan dan membentuk pribadi siswa, sehingga
sesuai dengan perkembangan ilmu dan pengetahuan. Pola tingkah manusia yang
tersusun menjadi suatu modal sebagai prinsip-prinsip belajar diaplikasikan ke
dalam matematika. Matematika yang berkenaan dengan ide-ide abstrak yang diberi
simbol-simbol itu tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif, jelas, belajar
matematika itu merupakan kegiatan mental yang tinggi. Karena matematika
merupakan ide-ide abstrak yang diberi simbol-simbol, maka konsep matematika
harus dipahami lebih dahulu sebelum memanipulasi simbol itu.
Seseorang akan lebih mudah
mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari kepada apa yang telah diketahui orang
itu. Karena itu, untuk mempelajari suatu materi matematika yang baru,
pengalaman belajar yang lalu dari seseorang itu akan mempengaruhi terjadinya
proses belajar materi matematika tersebut.
Karena kehirarkisan matematika itu, maka
pemahaman matematika yang terputus-putus akan mengganggu terjadinya proses belajar.
Ini berarti proses belajar matematika akan terjadi dengan lancar bila belajar
itu sendiri dilakukan secara kontinyu. Di dalam proses belajar matematika
terjadi juga proses berpikir, sebab seseorang dikatakan berpikir bila orang itu
melakukan kegiatan mental dan orang yang belajar matematika mesti melakukan
kegiatan mental. Dalam berpikir itu, orang-orang menyusun hubungan-hubungan
antara bagian bagian informasi yang telah direkam di dalam pikiran orang itu
sebagai pengertian-pengertian. Dari pengertian itu terbentuklah pendapat yang
pada akhirnya ditarik kesimpulan. Tentunya kemampuan berpikir seseorang itu
dipengaruhi oleh intelegensinya. Dengan demikian terlihat adanya kaitan antara
intelegensi dengan proses belajar matematika.
2. Tujuan Pengajaran Matematika di Sekolah
Dalam Garis-garis Besar Program
Pengajaran (GBPP), tujuan umum diberikannya matematika di jenjang pendidikan
dasar dan pendidikan umum adalah :
a. Mempersiapkan
siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan dunia
yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara
logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien.
b. Mempersiapkan
siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam
kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.
Sedangkan tujuan khusus pengajaran
matematika di sekolah dasar adalah :
a. Menumbuhkan
dan mengembangkan ketrampilan (menggunakan bilangan) sebagai alat dalam
kehidupan sehari-hari.
b. Menumbuhkan
kemampuan siswa, yang dapat dialihgunakan, melalui kegiatan matematika.
c. Mengembangkan
pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut di Sekolah
Menengah Pertama (SMP).
d. Membentuk
sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin.
Pengajaran matematika di sekolah
dibedakan dengan pengajaran di perguruan tinggi. Pengajaran matematika di
sekolah mempelajari matematika yang sifatnya elementer tetapi merupakan konsep
esensial sebagai dasar untuk prasyarat konsep yang lebih tinggi dan banyak
aplikasinya dalam kehidupan sosial di masyarakat. Pada umumnya mempelajari
konsep-konsep dengan cara pendekatan induktif hal ini karena disesuaikan dengan
kognitif siswa yang dicapainya.
3. Metode Jarimatika
Berawal dari kepedulian seorang ibu terhadap materi pendidikan
anak-anaknya. Setelah anak saya yang pertama menguasai kemampuan baca di usia
2,5 tahun, tibalah saatnya untuk memasuki gerbang pengenalan berhitung. Banyak
metode saya pelajari, tetapi semuanya memakai alat bantu dan kadang membebani
memori otaknya. Setelah itu saya mulai tertarik dengan jari sebagai alat bantu
yang tidak perlu dibeli, dibawa kemana-mana dan ternyata juga mudah dan
menyenangkan. Anak-anak saya menguasai metode ini dengan menyenangkan dan
menguasai keterampilan berhitung. Akhirnya penelitian dari hari ke hari untuk
mengotak-atik jari hingga ke perkalian dan pembagian, serta mencari uniknya
berhitung dengan keajaiban jari dan kami menamakannya “Jarimatika”.
Penerapan pada
anak
Dimulai pada usia 3 tahun untuk pengenalan konsep sampai
usia 12 tahun Jarimatika ini ada 4 level, masing-masing ditempuh 3 bulan.
Setelah selesai lulusan Jarimatika akan masuk ke “Fun Mathematic Club” yang
akan mengupas matematika secara mudah dan menyenangkan, sesuai materi di
sekolahnya bahkan direncanakan sampai materi SMA.
Penggunaan
Dibandingkan dengan metode lain, metode “Jarimatika”
lebih menekankan pada penguasaan konsep terlebih dahulu baru ke cara cepatnya,
sehingga anak-anak menguasai ilmu secara matang. Selain itu metode ini
disampaikan secara fun, sehingga anak-anak akan merasa senang dan gampang
bagaikan “tamasya belajar”.
Keistimewaan
• Memberikan
visualisasi proses berhitung
• Menggembirakan
anak saat digunakan
• Tidak
memberatkan memori otak
• Alatnya
gratis, selalu terbawa dan tidak dapat disita
• Pengaruh
daya pikir dan psikologis
• Karena
diberikan secara menyenangkan maka sistem limbik di otak anak akan senantiasa
terbuka sehingga memudahkan anak dalam menerima materi baru.
• Membiasakan
anak mengembangkan otak kanan dan kirinya, baik secara motorik maupun secara
fungsional, sehingga otak bekerja lebih optimal.
• Tidak
memberatkan memori otak, sehingga anak menganggap mudah, dan ini merupakan step
awal membangun rasa percaya dirinya untuk lebih jauh menguasai ilmu matematika
secara luas.
Pengaruh daya
pikir dan psikologis
• Karena
diberikan secara menyenangkan maka sistem limbik di otak anak akan senantiasa
terbuka sehingga memudahkan anak dalam menerima materi baru.
• Membiasakan
anak mengembangkan otak kanan dan kirinya, baik secara motorik maupun secara
fungsional, sehingga otak bekerja lebih optimal.
• Tidak
memberatkan memori otak, sehingga anak menganggap mudah, dan ini merupakan step
awal membangun rasa percaya dirinya untuk lebih jauh menguasai ilmu matematika
secara luas.
Kerangka Berfikir
Untuk meningkatkan kemampuan anak dalam belajar
matematika pada konsep perkalian melalui model pembelajaran Jarimatika siswa
difokuskan untuk belajar secara mandiri dan dapat menyelesaikan masalah yang
dihadapi sehari-hari, dengan harapan siswa semakin trampil dan cerdas dalam
mengerjakan soal perkalian. Soal perkalian merupakan salah satu kunci utama
dalam pengerjaan hitung. Melalui penghafalan perkalian dapat melatih siswa
dalam mengembangkan kreativitas siswa dan dapat menumbuhkembangkan kecerdasan
otak siswa. Belajar dengan Jarimatika dapat menambah kreativitas siswa dan
mendorong terciptanya suatu kemungkinan yang lebih besar untuk berlatih
sehingga diperkirakan siswa yang belajar tersebut secara mental emosional
cenderung untuk menjadi pusat proses belajar mengajar.
Hipotesa Tindakan
Berdasarkan kerangka berfikir di atas dapat dirumuskan
hipotesis tindakan sebagai berikut : melalui model pembelajaran jarimatika,
hasil belajar matematika pada konsep perkalian siswa kelas II semester II Sd
negeri 13 Baturetno Sragen tahun ajaran 2009/2010 dapat ditingkatkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar