PTK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PADA ANAK USIA DINI
Cuma 350ribu sampai-500ribu.
Hubungi Kami di 081222940294 (SMS/WA)
A.
Latar
Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai peranan penting dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Hal ini terdapat dalam Undang-Undang RI no. 20 tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional, menjelaskan bahwa : "Pendidikan adalah
usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta dididk secara aktif mengembangkan potensi dirinya
memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, Bangsa
dan Negara.”
Anak merupakan bagian dari bangsa ini, anak mempunyai tanggungjawab dalam
mensukseskan pendidikan dengan cara yang sesuai dengan tingkat perkembangannya
yaitu memaksimalkan semua aspek perkembangan dari aspek kemampuan berhitung,
bahasa, afektif, psikomator dan sosial.
Pada usia Taman Kanak-Kanak perkembangan kemampuan berhitung
mempunyai peranan yang penting, karena berkaitan dengan otak, sesuai dengan
penelitian Bloom (dalam Triyono : 4) bahwa sampai usia 4 tahun otak manusia
berfungsi 50%, sampai usia 8 tahun otak manusia berfungsi 80%, jadi sejak usia
8 tahun kecerdasan manusia hanya bertambah 20%. Dengan demikian perlu perhatian
yang lebih pada usia Taman Kanak-Kanak.
Anak adalah individu yang mempunyai rasa ingin tahu tinggi,
yang dikenal sebagai pembelajaran aktif seperti yang dikemukakan dalam teori
kontruktivitas yang memandang bahwa anak sebagai pembelajar aktif yang dapat
membangun/mengkonstruk pengetahuan-pengetahuan yang telah dimiliki dengan
pengalamanyang diperolehnya.
Sebelum pembelajaran menggunakan kartu, tingkat kemampuan
berhitung anak TK ......... pada tahun ajaran 2014masih rendah, untuk itulah
perlu diadakan perbaikan.
Berdasarkan permasalahan yang telah disampaikan diatas, maka
fokus dalam penelitian ini adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan berhitungmelalui
media kartu angka, khususnya pada anak Kelompok B di TK ......... pada tahun
ajaran 2014.
A.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana kemampuan berhitung anak
kelompok B di TK ......... pada tahun ajar 2014/2015?
2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran
melalui media kartu dapat meningkatkan kemampuan berhitung anak kelompok B di TK
......... pada tahun ajar 2014/2015?
3. Bagaimana kemampuan berhitung di TK .........pada
tahun ajar 2014/2015?
4. Bagaimana peningkatan kemampuan
berhitung di TK ……. pada tahun ajar 2014/2015 setelah dibelajarkan dengan menggunakan
media kartu angka?
B.
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian
adalah untuk mendeskripsikan:
1. Untuk mengetahui kemampuan berhitung
anak kelompok B di TK ......... pada tahun ajar 2014/2015?
2. Untuk mengatahui pelaksanaan
pembelajaran melalui media kartu dapat meningkatkan kemampuan berhitung anak
kelompok B di TK ......... pada tahun ajar 2014/2015?
3. Untuk mengetahui kemampuan berhitung
di TK ......... pada tahun ajar 2014/2015?
4. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan
berhitung di TK ......... pada tahun ajar 2014/2015 setelah dibelajarkan dengan
menggunakan media kartu angka?
C.
Manfaat
Penelitian
Manfaat yang
bisa di peroleh dari hasil penelitian ini adalah :
1. Manfaat teoritis, hasil penelitian
tentang peningkatan kemampuan berhitungmenggunakan media kartu di
TK ......... ini akan memberikan sumbangan pada khasanah ilmu pengetahuan
tentang pembelajaran di Taman Kanak-kanak.
2. Manfaat praktis
a. Bagi peneliti
1) Sebagai bahan
peningkatan dalam pembelajaran.
2) Sebagai upaya
menumbuhkan daya inovatif dan kreatifitas.
3) Kegiatanpenulisan
ini dapat di jadikan sebagai kegiatan edukatif yang efektif.
b. Bagi teman
sejawat
1) Sebagai bahan
peningkatan pembelajaran di Taman kanak-kanak.
2) Sebagai acuan penelitian
pada bidang pembelajaran yang lain.
c. Bagi siswa
1) Dapat menambah
pengalaman belajar dalam berhitung
2) Dapat
menumbuhkan motifasi balajar.
A.
Kajian
Pustaka
1.
Kemampuan
berhitung matematika permulaan
Matematika permulaan merupakan kemampuan yang dapat di
kuasai oleh seorang anak dalam menyelesaikan dalam berbagai persoalan yang di
hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Hal
ini berkenaan dengan pola –pola,urutan,ukuran,konsep bilangan,konsep bentuk
geometri,serta pengolahan data sederhana.
a.
Pengertian kemampuan berhitung
Istilah kemampuan
berhitung sering kali dikenal dengan istilah intelek. Intelek
berasal dari bahasa inggris “intellect” yang menurut Chaplin (dalam
Asrori, 2007: 36) diartikan sebagai berikut “Proses kemampuan berhitung, proses
berpikir, daya menghubungkan kemampuan menilai dan kemampuan mempertimbangkan
juga kemampuan mental atau intelegensi”
b. Ciri-cirikemampuan
berhitung anak usia dini:
Menurut Piaget dalam Moeslichatoen
(1996 : 65) bahwa setiap individu akan mengalami
empat periode perkembangan berpikir yang berlangsung mulai dari
lahir sampai remaja. Masing-masing periode selalu dialami anak secara
berurutan. Pertama, individu akan mengalami periode sensorimotor ± sampai umur
2,0 tahun. Kemudian periode pra operasional ± sampai umur 7,0 tahun,
dilanjutkan pada periode operasional konkrit ± sampai umur 11,0 tahun dan
terakhir periode operasional formal ± sampai umur 15 tahun.
c. Pengembangan kemampuan
berhitung anak usia dini
Montessori (dalam Sujiono, 2009 : 202)
mengatakan bahwa masa ini merupakan periode sensitif selama masa inilah anak
secara khusus muda menerima situasi-situasi dari lingkunganya.
d. Tujuan pengembangan kemampuan
berhitung anak usia dini
Masa peka adalah sesuatu
masa yang menuntut perkembangan anak dikembangkan secara optimal. Peneliti
menunjukkan bahwa 80 % perkembangan mental, kecerdasan anak berlangsung pada
usia ini. Kenyataan di lapangan bahwa anak yang tinggal kelas, drop out khususnya
pada kelas rendah disebabkan anak yang bersangkutan tidak melalui pendidikan di
TK (Depdiknas, 2007)
e. Perkembangan kemampuan berhitung anak menurut
Piaget
Tahapan perkembangan ini dibagi dalam 4
tahap yaitu sebagai berikut:
1) Sensori Motor (usia 0-2 tahun)
Dalam tahap ini perkembangan panca indra sangat berpengaruh
dalam diri anak. Keinginan terbesarnya adalah keinginan untuk
menyentuh/memegang, karena didorong oleh keinginan untuk mengetahui reaksi dari
perbuatannya. Dalam usia ini mereka belum mengerti akan motivasi dan senjata
terbesarnya adalah menangis.
2) Pra-operasional (usia 2-7 tahun)
Pada usia ini anak menjadi egosentris, sehingga terkesan
pelit, karena ia tidak bisa melihat dari sudut pandang orang lain. Anak
tersebut juga memiliki kecenderungan untuk meniru orang disekelilingnya.
Meskipun pada saat berusia 6-7 tahun mereka sudah mulai mengerti motivasi,
namun mereka tidak mengerti cara berpikir yang sistematis - rumit.
3) Operasional kongkrit (usia 7-11
tahun)
Saat ini anak mulai meninggalkan egosentrisnya dan dapat
bermain dalam kelompok dengan aturan kelompok (bekerja sama). Anak sudah dapat
dimotivasi dan mengerti hal-hal yang sistematis.
4) Operasional formal (usia 11 tahun ke
atas)
Pengajaran pada anak pra-remaja ini menjadi sedikit lebih
mudah, karena mereka sudah mengerti konsep dan dapat berpikir, baik secara
konkrit maupun abstrak, sehingga tidak perlu menggunakan alat peraga
f. Aspek
perkembangan anak usia dini
Banyakaspek-aspek
perkembangan Anak Usia Dini. Secara umum sebenarnya aspek-aspek perkembangan anak
usia dini adalah:
1)
Perkembangan Fisik,
baik motorik halus maupun motorik kasar. Yang termasuk motorik halus dalam hal
ini adalah gerakan tangan dan yang termasuk dalam
motorik kasar adalah gerakan si anak saat naik-turun tangga ataupun memanjat.
2)
Perkembangan
emosional dan sosial. Emosional dalam hal ini menyangkut segala sesuatu yang
berhubungan dengan perasaan si anak, baik itu perasaan, sedih, senang, kesal,
gembira, dll. Sedangkan perkembangan sosial dalam hal ini adalah interaksi si
anak dengan lingkungan, terutama orang-orang yang ada di sekitar si anak.
3) Perkembangan kemampuan berhitung/intelektual. Perkembangan kemampuan
berhitung disini contohnya adalah perkembangan kemampuan si anak untuk
menggunakan bahasa.
2.
Media
Pembelajaran
Media adalah alat;
alat
(sarana)
komunikasi
seperti koran,
majalah,
radio,
televisi,
film,
poster,
dan
spanduk;
yang terletak
diantara
dua
pihak
(orang,
golongan,
dsb); perantara;
penghubung;
zat
hara
yang mengandung
protein,
karbohidrat, garam,
air,
dsb baik
berupa
cairan
maupun
yang dipadatkan dengan menambah
gelatin
untuk
menumbuhkan
bakteri,
sel,
atau
jaringan
tumbuhan
(WJS. Purwadarminta, 1976).
Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pebelajar sehingga dapat
mendorong terjadinya proses belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup
pengertian sumber, lingkungan, manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk tujuan
pembelajaran/pelatihan.
Sedangkan menurut Briggs (1977) media pembelajaran adalah sarana fisik
untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti: buku, film, video dan
sebagainya. Kemudian menurut National Education Associaton (1969) mengungkapkan bahwa media
pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun
pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras.
Oleh karena proses pembelajaran merupakan
proses komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem, maka media
pembelajaran menempati posisi yang cukup penting sebagai salah satu
komponen sistem pembelajaran. Tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi
dan proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan bisa
berlangsung secara optimal. Media pembelajaran adalah komponen integral dari
sistem pembelajaran
Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta
didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta
didik.
Menurut Edgar Dale, dalam dunia pendidikan, penggunaan media pembelajaran seringkali
menggunakan prinsip kerucut pengalaman, yang membutuhkan media seperti buku
teks, bahan belajar yang dibuat oleh guru dan “audio-visual”.
Ada beberapa jenis media pembelajaran, diantaranya:
a. Media
Visual :
grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik
b. Media Audial: radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan
sejenisnya
c. Projected
still media: slide; over head projektor (OHP), in
focus dan sejenisnya
d. Projected
motion media:
film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya.
Pada hakikatnya bukan media pembelajaran itu sendiri yang menentukan hasil belajar. Ternyata keberhasilan menggunakan
media pembelajaran dalam proses
pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar tergantung pada (1) isi
pesan, (2) cara menjelaskan pesan, dan (3) karakteristik penerima pesan. Dengan
demikian dalam memilih dan menggunakan media, perlu diperhatikan ketiga faktor
tersebut. Apabila ketiga faktor tersebut mampu disampaikan dalam media pembelajaran tentunya akan
memberikan hasil yang maksimal.
d. membantu konsentrasi mahasiswa
Menurut Gagne: komponen sumber belajar yang dapat merangsang
siswa untuk belajar. Menurut Briggs: wahana fisik yang mengandung materi
instruksional. Menurut Schramm: teknologi pembawa informasi atau pesan
instruksional. Menurut Y. Miarso: segala sesuatu yang dapat merangsang proses
belajar siswa.
Tidak diragukan lagi bahwa semua media itu perlu dalam pembelajaran. Kalau sampai hari ini masih ada
guru yang belum menggunakan media, itu hanya perlu satu hal yaitu perubahan
sikap. Dalam memilih media pembelajaran, perlu disesuaikan dengan kebutuhan, situasi
dan kondisi masing-masing. Dengan perkataan lain, media yang terbaik adalah
media yang ada. Terserah kepada guru bagaimana ia dapat mengembangkannya secara
tepat dilihat dari isi, penjelasan pesan dan karakteristik siswa untuk
menentukan media pembelajaran tersebut.
3. Kartu
Angka
Kartu adalah kertas
tebal,
berbentuk
persegi
panjang
(untuk
berbagai
keperluan,
hampir
sama
dengan karcis)
(WJS. Purwadarminta, 1976).
Secara
garis besar dapat disimpulkan bahwa media kartu angka adalah sebuah kertas
tebal yang memuat angka sebagai bahan untuk pembelajaran.
Salah satu cara bermain menggunakan media kartu
angka sbb:
a. Guru memberikan penjelasan kepada
peserta didik tentang cara permainan yang akan dilakukan, yaitu bermain menyamakan angka dengan kartu, meskipun dengan
gambar yang berbeda pada masing-masing kartu. Permainan dimainkan oleh 6 anak
(jumlah anak dapat bdisesuaikan dengan jumlah kartu), posisi duduk membuat
lingkaran, semua kartu dijadikan satu dan dikocok.
b. Guru membagikan kartu, setiap
peserta didik mendapat 4 kartu. Apabila mendengar aba-aba hitungan 1, 2, 3 dari
guru, anak harus memberikan satu kartu keteman disebelah kanannya dan
diletakkan didepan tempat duduk temannya dengan posisi tertutup. Selanjutnya, si
anak mengambil kartu yang diserahkan tersebut dan mengambil yang cocok.
c. Begitu seterusnya sampai ada yang
bisa mendapatkan 4 kartu yang jumlahnya sama. Maka dia menjadi pemenangnya dan
dapat mengambil kartu angka yang tersedia sesuai dengan jumlah gambar di
kartunya, setelah mengambil kartu angka, pemenang member aba-aba untuk
melakukan tepuk sesuai kartu.
d. Contoh: anak berhasil mengumpulkan kartu gambar yang berjumlah 4, lalu mengambil kartu angka 4, dan mengatakan “TEPUK 4 KALI”
dilakukan dengan tepuk oleh temannya. Selanjutnya dia member aba-aba 1, 2, 3
pada permainan berikutnya sampai ada pemenang berikutnya.
D.
Kerangka
Pikir
Pada kondisi awal, guru belum menggunakan kartu
angka dan hasilnya adalah anak belum meningkat dalam kemampuan kemampuan
berhitung anak. Kemudian perlu diadakan tindakan dengan pembelajaran
menggunakan kartu angka pada Siklus I dan diharapkan hasilnya pada anak lebih
meningkat kemampuan berhitung anak dan pada Siklus II diharapkan hasilnya
benar-benar memuaskan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar