Jumat, 09 Juni 2017

PTK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PADA ANAK USIA DINI

PTK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PADA ANAK USIA DINI 

 Cuma 350ribu sampai-500ribu. 


Hubungi Kami di 081222940294 (SMS/WA)
 
 
A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai peranan penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini terdapat dalam Undang-Undang RI no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, menjelaskan bahwa : "Pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta dididk secara aktif mengembangkan potensi dirinya memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, Bangsa dan Negara.”
Anak merupakan bagian dari bangsa ini, anak mempunyai tanggungjawab dalam mensukseskan pendidikan dengan cara yang sesuai dengan tingkat perkembangannya yaitu memaksimalkan semua aspek perkembangan dari aspek kemampuan berhitung, bahasa, afektif, psikomator dan sosial.
Pada usia Taman Kanak-Kanak perkembangan kemampuan berhitung mempunyai peranan yang penting, karena berkaitan dengan otak, sesuai dengan penelitian Bloom (dalam Triyono : 4) bahwa sampai usia 4 tahun otak manusia berfungsi 50%, sampai usia 8 tahun otak manusia berfungsi 80%, jadi sejak usia 8 tahun kecerdasan manusia hanya bertambah 20%. Dengan demikian perlu perhatian yang lebih pada usia Taman Kanak-Kanak.
Anak adalah individu yang mempunyai rasa ingin tahu tinggi, yang dikenal sebagai pembelajaran aktif seperti yang dikemukakan dalam teori kontruktivitas yang memandang bahwa anak sebagai pembelajar aktif yang dapat membangun/mengkonstruk pengetahuan-pengetahuan yang telah dimiliki dengan pengalamanyang diperolehnya.
Sebelum pembelajaran menggunakan kartu, tingkat kemampuan berhitung anak TK ......... pada tahun ajaran 2014masih rendah, untuk itulah perlu diadakan perbaikan.
Berdasarkan permasalahan yang telah disampaikan diatas, maka fokus dalam penelitian ini adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan berhitungmelalui media kartu angka, khususnya pada anak Kelompok B di TK ......... pada tahun ajaran 2014.
 A.    Rumusan Masalah

1.      Bagaimana kemampuan berhitung anak kelompok B di TK ......... pada tahun ajar 2014/2015?
2.      Bagaimana pelaksanaan pembelajaran melalui media kartu dapat meningkatkan kemampuan berhitung anak kelompok B di TK ......... pada tahun ajar 2014/2015?
3.      Bagaimana kemampuan berhitung di TK .........pada tahun ajar 2014/2015?
4.      Bagaimana peningkatan kemampuan berhitung di TK ……. pada tahun ajar 2014/2015 setelah dibelajarkan dengan menggunakan media kartu angka?
B.     Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan:
1.      Untuk mengetahui kemampuan berhitung anak kelompok B di TK ......... pada tahun ajar 2014/2015?
2.      Untuk mengatahui pelaksanaan pembelajaran melalui media kartu dapat meningkatkan kemampuan berhitung anak kelompok B di TK ......... pada tahun ajar 2014/2015?
3.      Untuk mengetahui kemampuan berhitung di TK ......... pada tahun ajar 2014/2015?
4.      Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berhitung di TK ......... pada tahun ajar 2014/2015 setelah dibelajarkan dengan menggunakan media kartu angka?
C.    Manfaat Penelitian
Manfaat yang bisa di peroleh dari hasil penelitian ini adalah :
1.      Manfaat teoritis, hasil penelitian tentang peningkatan kemampuan berhitungmenggunakan media kartu di TK ......... ini akan memberikan sumbangan pada khasanah ilmu pengetahuan tentang pembelajaran di Taman Kanak-kanak.
2.      Manfaat praktis
a.       Bagi peneliti
1)      Sebagai bahan peningkatan dalam  pembelajaran.
2)      Sebagai upaya menumbuhkan daya inovatif dan kreatifitas.
3)      Kegiatanpenulisan ini dapat di jadikan sebagai kegiatan edukatif yang efektif.
b.      Bagi teman sejawat
1)      Sebagai bahan peningkatan pembelajaran di Taman kanak-kanak.
2)      Sebagai acuan penelitian pada bidang  pembelajaran yang  lain.
c.       Bagi siswa
1)      Dapat menambah pengalaman belajar dalam berhitung
2)      Dapat menumbuhkan motifasi balajar.
  
A.    Kajian Pustaka
1.      Kemampuan berhitung matematika permulaan
Matematika permulaan merupakan kemampuan yang dapat di kuasai oleh seorang anak dalam menyelesaikan dalam berbagai persoalan yang di hadapi  dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini berkenaan dengan pola –pola,urutan,ukuran,konsep bilangan,konsep bentuk geometri,serta pengolahan data sederhana.
a.       Pengertian kemampuan berhitung
Istilah kemampuan berhitung sering kali dikenal dengan istilah intelek. Intelek berasal dari bahasa inggris “intellect” yang menurut Chaplin (dalam Asrori, 2007: 36) diartikan sebagai berikut “Proses kemampuan berhitung, proses berpikir, daya menghubungkan kemampuan menilai dan kemampuan mempertimbangkan juga kemampuan mental atau intelegensi”
b.      Ciri-cirikemampuan berhitung anak usia dini:
Menurut Piaget dalam Moeslichatoen (1996 : 65) bahwa setiap individu akan mengalami empat periode perkembangan berpikir yang berlangsung mulai dari lahir sampai remaja. Masing-masing periode selalu dialami anak secara berurutan. Pertama, individu akan mengalami periode sensorimotor ± sampai umur 2,0 tahun. Kemudian periode  pra operasional ± sampai umur 7,0 tahun, dilanjutkan pada periode operasional konkrit ± sampai umur 11,0 tahun dan terakhir periode operasional formal ± sampai umur 15 tahun.
c.       Pengembangan kemampuan berhitung anak usia dini
Montessori (dalam Sujiono, 2009 : 202) mengatakan bahwa masa ini merupakan periode sensitif selama masa inilah anak secara khusus muda menerima situasi-situasi dari lingkunganya.
d.      Tujuan pengembangan kemampuan berhitung anak usia dini
Masa peka adalah sesuatu masa yang menuntut perkembangan anak dikembangkan secara optimal. Peneliti menunjukkan bahwa 80 % perkembangan mental, kecerdasan anak berlangsung pada usia ini. Kenyataan di lapangan bahwa anak yang tinggal kelas, drop out khususnya pada kelas rendah disebabkan anak yang bersangkutan tidak melalui pendidikan di TK (Depdiknas, 2007)
e.       Perkembangan kemampuan berhitung anak menurut Piaget
Tahapan perkembangan ini dibagi dalam 4 tahap yaitu sebagai berikut:
1)      Sensori Motor (usia 0-2 tahun)
Dalam tahap ini perkembangan panca indra sangat berpengaruh dalam diri anak. Keinginan terbesarnya adalah keinginan untuk menyentuh/memegang, karena didorong oleh keinginan untuk mengetahui reaksi dari perbuatannya. Dalam usia ini mereka belum mengerti akan motivasi dan senjata terbesarnya adalah menangis.
2)      Pra-operasional (usia 2-7 tahun)
Pada usia ini anak menjadi egosentris, sehingga terkesan pelit, karena ia tidak bisa melihat dari sudut pandang orang lain. Anak tersebut juga memiliki kecenderungan untuk meniru orang disekelilingnya. Meskipun pada saat berusia 6-7 tahun mereka sudah mulai mengerti motivasi, namun mereka tidak mengerti cara berpikir yang sistematis - rumit.
3)      Operasional kongkrit (usia 7-11 tahun)
Saat ini anak mulai meninggalkan egosentrisnya dan dapat bermain dalam kelompok dengan aturan kelompok (bekerja sama). Anak sudah dapat dimotivasi dan mengerti hal-hal yang sistematis.
4)      Operasional formal (usia 11 tahun ke atas)
Pengajaran pada anak pra-remaja ini menjadi sedikit lebih mudah, karena mereka sudah mengerti konsep dan dapat berpikir, baik secara konkrit maupun abstrak, sehingga tidak perlu menggunakan alat peraga
f.       Aspek perkembangan anak usia dini
Banyakaspek-aspek perkembangan Anak Usia Dini. Secara umum sebenarnya aspek-aspek perkembangan anak usia dini adalah:
1)      Perkembangan Fisik, baik motorik halus maupun motorik kasar. Yang termasuk motorik halus dalam hal ini adalah gerakan tangan dan yang termasuk dalam motorik kasar adalah gerakan si anak saat naik-turun tangga ataupun memanjat.
2)      Perkembangan emosional dan sosial. Emosional dalam hal ini menyangkut segala sesuatu yang berhubungan dengan perasaan si anak, baik itu perasaan, sedih, senang, kesal, gembira, dll. Sedangkan perkembangan sosial dalam hal ini adalah interaksi si anak dengan lingkungan, terutama orang-orang yang ada di sekitar si anak.
3)      Perkembangan kemampuan berhitung/intelektual. Perkembangan kemampuan berhitung disini contohnya adalah perkembangan kemampuan si anak untuk menggunakan bahasa.
2.      Media Pembelajaran
Media adalah alat; alat (sarana) komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi, film, poster, dan spanduk; yang terletak diantara dua pihak (orang, golongan, dsb); perantara; penghubung; zat hara yang mengandung protein, karbohidrat, garam, air, dsb baik berupa cairan maupun yang dipadatkan dengan menambah gelatin untuk menumbuhkan bakteri, sel, atau jaringan tumbuhan (WJS. Purwadarminta, 1976).
Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pebelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup pengertian sumber, lingkungan, manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran/pelatihan.
Sedangkan menurut Briggs (1977) media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti: buku, film, video dan sebagainya. Kemudian menurut National Education Associaton (1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras.
Oleh karena proses pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem, maka media pembelajaran menempati posisi yang cukup penting sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran. Tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal. Media pembelajaran adalah komponen integral dari sistem pembelajaran
Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.
Menurut Edgar Dale, dalam dunia pendidikan, penggunaan media pembelajaran seringkali menggunakan prinsip kerucut pengalaman, yang membutuhkan media seperti buku teks, bahan belajar yang dibuat oleh guru dan “audio-visual”.
Ada beberapa jenis media pembelajaran, diantaranya:
a.       Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik
b.      Media Audial: radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya
c.       Projected still mediaslide; over head projektor (OHP), in focus dan sejenisnya
d.      Projected motion media: film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya.
Pada hakikatnya bukan media pembelajaran itu sendiri yang menentukan hasil belajar. Ternyata keberhasilan menggunakan media pembelajaran dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar tergantung pada (1) isi pesan, (2) cara menjelaskan pesan, dan (3) karakteristik penerima pesan. Dengan demikian dalam memilih dan menggunakan media, perlu diperhatikan ketiga faktor tersebut. Apabila ketiga faktor tersebut mampu disampaikan dalam media pembelajaran tentunya akan memberikan hasil yang maksimal.
Ada beberapa tujuan menggunakan media pembelajaran, diantaranya yaitu:
a.       mempermudah proses belajar-mengajar
b.      meningkatkan efisiensi belajar-mengajar
c.       menjaga relevansi dengan tujuan belajar
d.      membantu konsentrasi mahasiswa
Menurut Gagne: komponen sumber belajar yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Menurut Briggs: wahana fisik yang mengandung materi instruksional. Menurut Schramm: teknologi pembawa informasi atau pesan instruksional. Menurut Y. Miarso: segala sesuatu yang dapat merangsang proses belajar siswa.
Tidak diragukan lagi bahwa semua media itu perlu dalam pembelajaran. Kalau sampai hari ini masih ada guru yang belum menggunakan media, itu hanya perlu satu hal yaitu perubahan sikap. Dalam memilih media pembelajaran, perlu disesuaikan dengan kebutuhan, situasi dan kondisi masing-masing. Dengan perkataan lain, media yang terbaik adalah media yang ada. Terserah kepada guru bagaimana ia dapat mengembangkannya secara tepat dilihat dari isi, penjelasan pesan dan karakteristik siswa untuk menentukan media pembelajaran tersebut.
3.      Kartu Angka
Kartu adalah kertas tebal, berbentuk persegi panjang (untuk berbagai keperluan, hampir sama dengan karcis) (WJS. Purwadarminta, 1976).
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa media kartu angka adalah sebuah kertas tebal yang memuat angka sebagai bahan untuk pembelajaran.

Salah satu cara bermain menggunakan media kartu angka sbb:
a.       Guru memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang cara permainan yang akan dilakukan, yaitu bermain menyamakan angka dengan kartu, meskipun dengan gambar yang berbeda pada masing-masing kartu. Permainan dimainkan oleh 6 anak (jumlah anak dapat bdisesuaikan dengan jumlah kartu), posisi duduk membuat lingkaran, semua kartu dijadikan satu dan dikocok.
b.      Guru membagikan kartu, setiap peserta didik mendapat 4 kartu. Apabila mendengar aba-aba hitungan 1, 2, 3 dari guru, anak harus memberikan satu kartu keteman disebelah kanannya dan diletakkan didepan tempat duduk temannya dengan posisi tertutup. Selanjutnya, si anak mengambil kartu yang diserahkan tersebut dan mengambil yang cocok.
c.       Begitu seterusnya sampai ada yang bisa mendapatkan 4 kartu yang jumlahnya sama. Maka dia menjadi pemenangnya dan dapat mengambil kartu angka yang tersedia sesuai dengan jumlah gambar di kartunya, setelah mengambil kartu angka, pemenang member aba-aba untuk melakukan tepuk sesuai kartu.
d.      Contoh: anak berhasil mengumpulkan kartu gambar yang berjumlah 4, lalu mengambil kartu angka 4, dan mengatakan “TEPUK 4 KALI” dilakukan dengan tepuk oleh temannya. Selanjutnya dia member aba-aba 1, 2, 3 pada permainan berikutnya sampai ada pemenang berikutnya.
D.    Kerangka Pikir
Pada kondisi awal, guru belum menggunakan kartu angka dan hasilnya adalah anak belum meningkat dalam kemampuan kemampuan berhitung anak. Kemudian perlu diadakan tindakan dengan pembelajaran menggunakan kartu angka pada Siklus I dan diharapkan hasilnya pada anak lebih meningkat kemampuan berhitung anak dan pada Siklus II diharapkan hasilnya benar-benar memuaskan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar