HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Cuma 350ribu sampai-500ribu.
Hubungi Kami di 081222940294 (SMS/WA)
A. Deskripsi Awal Pembelajaran
Pada awal pembelajaran bahasa Indonesia materi
“menyebutkan isi dongeng”, dari 27 siswa hanya 4 orang siswa yang sudah bisa
mendongengkan kembali dongeng yang telah diceritakan guru di depan kelas kepada
teman sebangkunya. Hal ini disebabkan karena dongeng yang didongengkan oleh
guru kurang diminati oleh siswa.
Hasil tes pembelajaran menyebutkan isi dongeng
diperoleh data sebagai berikut : nilai tertinggi yang diperoleh siswa 75, nilai
terendah 30, dengan nilai rata-rata kelas 54,6 dan tingkat ketuntasan klasikal
14,8%. Berdasarkan hasil tersebut maka dilakukan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) siklus I.
B. Deskripsi per siklus
1.
Siklus I
Peneliti membuat rencana dan melaksanakan perbaikan
pembelajaran siklus I, Guru mengganti deskripsi benda pada awal pembelajaran
dengan benda yang diminati dan disukai oleh siswa, seperti binatang.
Dalam melaksanakan pembelajaran siklus I, peneliti
dibantu teman sejawat untuk melakukan observasi/ pengamatan terhadap proses
belajar mengajar dan pengamatan terhadap siswa dalam pembelajaran. Adapun hasil
pengamatan yang dilakukan oleh observer adalah sebagai berikut : Siswa yang
mendeskripsikan benda sekitar dengan inisiatif sendiri meningkat dari 12 %
menjadi 48 % dari keseluruhan siswa kelas I, Siswa yang mendengarkan pendeskripsian
benda sekitar dengan sungguh-sungguh meningkat dari 50 % menjadi 70 % dan siswa
yang mendengarkan penndeskripsian benda sekitar dengan sedang berkurang dari 40
% menjadi 30 %, aktivitas siswa dalam belajar mendeskripsikan benda sekitar
dengan inisiatif sendiri 40 %, dengan bimbingan guru 40 %, dan yang diam
saja/tidak bersuara 20 %.
Hasil Belajar
Sehingga hasil tes pembelajaran mendongeng diperoleh
data sebagai berikut : nilai tertinggi yang diperoleh siswa 90, nilai terendah
45, dengan nilai rata-rata kelas 69,6 dan tingkat ketuntasan klasikal 37 %.
Berdasarkan hasil tersebut maka perbaikan pembelajaran siklus I dilanjutkan
dengan melakukan perbaikan pembelajaran siklus II.
Dari hasil tes perbaikan pembelajaran
siklus I diperoleh nilai :
Nilai (X1)
|
Tally
|
Banyak
Siswa (F1)
|
F1X1
|
45
|
11
|
1
|
45
|
50
|
1
|
0
|
0
|
55
|
11111
|
3
|
165
|
60
|
11
|
3
|
180
|
65
|
11111
|
7
|
455
|
70
|
1111
|
3
|
210
|
75
|
111
|
3
|
225
|
80
|
111
|
3
|
240
|
85
|
1
|
0
|
0
|
90
|
1
|
4
|
360
|
Jumlah
|
27
|
1880
|
Tabel
1 : Distribusi frekwensi hasil belajar siklus I
Dari tabel distribusi frekwensi di atas
diperoleh nilai rata-rata :
_
X =
1915 = 70,9
27
Dari tabel di atas dapat dibuat grafik
sebagai berikut :
Refleksi Siklus I
Pada siklus I suasana proses pembelajaran terlihat
masih kurang aktif, interaksi antara guru dengan siswa sudah terjadi dua arah.
Namun demikian pada siklus ini semua siswa memperhatikan deskripsi benda
sekitar dengan sungguh-sungguh, namun belum bisa untuk mendongeng sendiri.
Dipandang dari sisi guru dalam perbaikan pembelajaran siklus pertama sudah
terlihat aktif dan lebih kreatif, mendongeng lepas dari teks dongeng dan
berdiri di depan kelas, memotivasi siswa dengan baik. Namun guru masih canggung
dalam mendeskripsikan benda sekitar di depan kelas sehingga kelihatan agak
kaku.
2.
Siklus II
Peneliti membuat rencana dan melaksanakan perbaikan
pembelajaran siklus II, Guru mendongeng dengan berdiri dengan mimik dan
intonasi suara dengan gerakan tubuh, serta disertai media berupa boneka
binatang yang disesuaikan dengan dongeng yang sedang didongengkan oleh guru
serta dipadu dengan metode lebah berdengung.
Dalam melaksanakan pembelajaran siklus II, peneliti
dibantu teman sejawat untuk melakukan observasi/pengamatan terhadap proses
belajar mengajar dan pengamatan terhadap siswa dalam pembelajaran. Adapun hasil
pengamatan yang dilakukan oleh observer adalah sebagai berikut : Siswa yang
mendongeng tanpa ditunjuk oleh guru/inisiatif sendiri meningkat menjadi 80 %
dari keseluruhan siswa kelas I, Siswa yang mendengarkan dongeng dengan
sungguh-sungguh 90 % dan sedang 10 %, aktivitas siswa dalam belajar mendongeng
dengan inisiatif sendiri 90 %, dengan bimbingan guru 10 %, semua sudah belajar
mendongeng.
Hasil Belajar
Sehingga hasil tes pembelajaran mendongeng diperoleh
data sebagai berikut : nilai tertinggi yang diperoleh siswa 100, nilai terendah
75, dengan nilai rata-rata kelas 85,5 dan tingkat ketuntasan klasikal 100 %.
Berdasarkan hasil tersebut maka perbaikan pembelajaran siklus II dihentikan
Dari
hasil tes perbaikan pembelajaran siklus II diperoleh nilai :
Nilai (X1)
|
Tally
|
Banyak
Siswa (F1)
|
F1X1
|
75
|
1111
|
4
|
300
|
80
|
11111
11111
|
10
|
800
|
85
|
111
|
3
|
255
|
90
|
111
|
3
|
270
|
95
|
111
|
3
|
285
|
100
|
1111
|
4
|
400
|
Jumlah
|
27
|
2310
|
Tabel 2 : Distribusi frekwensi hasil belajar siklus
II
Dari tabel distribusi frekwensi di atas
diperoleh nilai rata-rata :
_
X = 2310
= 85,5
27
Dari tabel di atas dapat dibuat grafik sebagai
berikut :
Refleksi Siklus II
Kelemahan-kelemahan yang terjadi pada siklus pertama
mendorong peneliti untuk berupaya memperbaiki kekurangan. Dari sudut
pelaksanaan proses perbaikan pembelajaran pada siklus kedua ini mengalami
peningkatan yang cukup signifikan. Suasana proses belajar semakin interaktif,
sudah berjalan dua arah antara guru dengan siswa, siswa berani mendongeng dengan
teman sebangku dengan suara keras walaupun kelihatan agak gaduh karena peneliti
menggunakan metode yang penulis namakan metode lebah berdengung. Hal ini
berlangsung selama pelaksanaan perbaikan pembelajaran.
Dari sudut guru dalam mengelola kegiatan perbaikan
pembelajaran sudah cukup maksimal, guru tidak terpaku pada pola lama guru
mendongeng siswa mendengarkan kemudian ganti siswa yang mendongeng, namun lebih
mengoptimalkan interaksi siswa dengan guru dan banyak memberi kesempatan dan
latihan mendongeng sendiri dengan temannya yang lain.
Pada kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia materi
menyebutkan isi dongeng, dengan ditugasinya siswa untuk banyak latihan
mendongeng dengan teman sebangku maupun yang lain mendorong siswa lebih
proaktif tanpa menunggu perintah dari guru. Terhadap siswa yang kurang berani
dan kurang pandai guru memberikan bantuan mendongeng ulang tersendiri saat
siswa yang lain mendongeng dengan teman yang lain. Kepada siswa yang berani
mendongeng tanpa ditunjuk guru, guru juga memberi aplaus atau penghargaan
pujian dan acungan jempol.
Berdasarkan hasil diskusi dengan teman sejawat dan
refleksi masing-masing siklus dapat di simpulkan indikator penelitian tindakan
kelas mata pelajaran bahasa Indonesia
materi mengidentifikasi unsur dongeng yang terdiri atas : 1). Guru trampil
mengelola proses belajar mengajar bahasa Indonesia khususnya mendongeng, 2).
Terjadinya interaksi guru dengan siswa, siswa dengan siswa, 3). Siswa sudah
bisa menceritakan kembali dongeng guru kepada teman sebangkunya, 4). Tercapainya
target tingkat ketuntasan belajar klasikal dapat terwujud walaupun dengan dua
siklus.
C. Pembahasan
Pada awal pembelajaran guru bercerita dengan duduk
sambil membaca buku, pada awalnya siswa mendengarkan cerita dengan
sungguh-sungguh namun pada pertengahan guru membaca cerita siswa merasa bosan,
dan cenderung bermain sendiri, sehingga saat guru memberikan tugas bercerita
banyak siswa yang tidak berani, hanya beberapa siswa yang bisa bercerita ke
kepada teman sebangkunya. Hal ini disebabkan karena saat guru bercerita hanya
50 % siswa yang mendengarkan sungguh-sungguh. Pada awal pembelajaran masih
banyak siswa yang dalam belajar tidak bersuara/diam saja, tidak dapat mengawali
bercerita. Perolehan nilai rata-rata kelas pada awal pembelajaran adalah 54,6.
Sehingga perlu diadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) siklus I.
Pada Siklus I guru mengubah dongeng yang semula pada
awal pembelajaran berupa dongeng tentang kerajaan menjadi dongeng tentang
binatang yang lebih disukai oleh siswa, sehingga siswa bisa lebih tertarik dan
termotivasi dalam pembelajaran. Dalam hal aktivitas belajar bercerita, sudah
terjadi penurunan dalam hal yang tidak bersuara atau tidak dapat bercerita dari
36% menjadi 20%, hal ini dikarenakan siswa termotivasi guru dalam bercerita dan
atas bimbingan guru, sehingga sudah banyak yang memiliki inisiatif sendiri
bercerita dengan temannya. Sehingga hasil tes menyebutkan isi cerita terjadi
kenaikan dari 60,9 menjadi 70,9.
Pada siklus II guru memaksimalkan pembelajaran dengan
bercerita dengan menggunakan media pembelajaran berupa boneka binatang yang
disesuaikan dengan dongeng yang sedang didongengkan oleh guru dan dipadu dengan
metode lebah berdengung/mendongeng bebas dengan teman sebangku maupun dengan
teman lain, dalam hal ini kelas kelihatan gaduh namun hal ini menjadikan
keunikan tersendiri dalam pembelajaran dan ternyata dengan metode ini
pembelajaran menyebutkan isi dongeng di depan kelas berhasil dengan sempurna,
dan keberanian siswa dalam bercerita sangat bagus. Aktivitas siswa dalam belajar
bercerita dengan inisiatif sendiri meningkat menjadi 80%, hal ini secara
lengkap dapat dilihat pada tabel hasil tugas bercerita.
Hasil tes mengidentifikasi unsur cerita dari 27 orang
siswa 100% tuntas dalam pembelajaran dan rata kelas menjadi 85,5.
Adapun hasil angket yang diisi siswa saat awal dan
akhir pembelajaran dapat dideskripsikan sebagai berikut : Siswa yang menyenangi
pelajaran mendongeng terjadi peningkatan dari 84% menjadi 96%. Memahami materi
sebelum dan sesudah digunakan metode lebah berdengung 52% pada awal
pembelajaran menjadi 88%.Yang memanfaatkan kesempatan bertanya pada guru
terjadi peningkatan dari 12% pada awal pembelajaran menjadi 72%, hal ini
selengkapnya dapat dilihat pada tabel angket.
Berdasarkan data hasil tes dan diskusi dengan teman
sejawat, perbaikan pembelajaran tentang bercerita ada peningkatan pada
masing-masing siklus. Baik peningkatan rata-rata prestasi belajar yang cukup
signifikan, peningkatan apresiasi siswa terhadap pembelajaran. Berikut ini
peneliti sajikan tabel hasil penilaian serta tingkat ketercapaian target
sebagai perbandingan pada setiap siklus.
Perbandingan
Hasil Penilaian tiap Siklus.
KBM
|
Nilai Tertinggi
|
Nilai Terendah
|
Rata-rata
|
Ketuntasan
%
|
Ket.
|
Awal
|
75
|
40
|
54,6
|
14,8
|
|
Siklus
I
|
90
|
45
|
69,6
|
37
|
|
Siklus
II
|
100
|
75
|
85,5
|
100
|
Dari tabel di atas dapat dibuat grafik sebagai
berikut :
Pada dasarnya kegiatan pembelajaran adalah suatu
proses komunikasi, melalui komunikasi informasi dapat diserap oleh siswa. Namun
dalam proses komunikasi terkadang terjadi salah penafsiran pesan. Sebaliknya
guru kurang tepat dalam menyampaikan pesan sehingga siswa mengalami kesulitan
dalam menerima pesan tersebut. Agar tidak terjadi salah kesesatan,
kesalahtafsiran, perlu adanya alat/sarana dan strategi yang tepat dan dapat membantu
proses komunikasi dengan siswa pada waktu proses belajar mengajar berlangsung,
salah satunya adalah media langsung siswa serta latihan yang berulang-ulang.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Dari hasil perbaikan pembelajaran yang telah
dilaksanakan selama dua siklus, dapat disimpulkan beberapa hal antara lain :
1.
Kemampuan siswa dalam menyebutkan isi dongeng dapat
ditingkatkan dengan menggunakan pendekatan komunikatif dan metode lebah
berdengung.
2.
Meningkatkan minat siswa dalam memahami isi dongeng
dapat dilakukan dengan menggunakan metode lebah berdengung yang dipadukan
dengan penggunaan media berupa boneka binatang.
3.
Perbaikan
pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
B. Implikasi
Dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa aktivitas pembelajaran Bahasa Indonesia mengalami peningkatan
melalui metode lebah berdengung artinya jika dalam penyampaian materi Bahasa
Indonesia dilakukan dengan menerapkan metode lebah berdengung maka akan
menghasilkan nilai yang optimal untuk materi itu.
Berdasarkan hal tersebut di
atas, maka dapat dikemukakan implikasi bahwa untuk mencapai keberhasilan dalam
penyampaian materi pelajaran Bahasa Indonesia terutama dalam aspek mendengarkan
diperlukan metode lebah berdengung.
C. Saran
1.
Kepada Guru
a.
Dalam pembelajaran gunakanlah media pembelajaran yang
nyata.
b.
Dalam
menggunakan metode, carilah metode yang tepat.
c.
Dalam
menggunakan metode diskusi dan latihan, guru harus menyiapkan soal-soal yang
cukup.
d.
Gunakan bahasa yang komunikatif.
e.
Gunakanlah media pembelajaran yang dapat memotivasi belajar
siswa.
2.
Bagi Siswa :
a.
Siswa
harus lebih giat belajar agar
hasil belajar dapat meningkat.
b.
Siswa
harus berani bertanya kepada guru jika ada penjelasan yang kurang jelas.
c.
Jangan
putus asa bila menemukan soal-soal yang sulit.
3.
Kepada
Pengambil Kebijakan dalam Pendidikan
a.
Laporan ini dapat dijadikan bahan referensi untuk
mengambil keputusan.
b.
Laporan ini dapat dijadikan bahan diskusi dalam
Kelompok Kerja Guru (KKG)
c.
Laporan ini dapat dijadikan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan.
DAFTAR
PUSTAKA
Ali Muhammad.
2000. Guru dan Proses Belajar Mengajar.
Bandung : Sinar Baru Algesindo
Puji santoso,dkk.
2003. Materi dan pembelajaran Bahasa
Indonesia SD. Jakarta : Universitas Terbuka
Surakhman, Winarno. 2002. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta
: PT. Bintang
Wardani, I.G.A.K, Wihardit,K, dan Nasution,N. 2000. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta :
Universitas Terbuka
Winkel. 1991. Psikologi
Pengajaran. Jakarta : Grasindo
Wahyudin, Dian. 2004. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Universitas Terbuka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar